Sebuah tayangan dokumenter di Netflix baru-baru ini menyita perhatian publik setelah menyebut kawasan Serpong sebagai pusat nuklir rahasia. Tayangan tersebut memicu kehebohan di media sosial karena mengaitkan Indonesia, khususnya Serpong, dengan aktivitas nuklir yang dianggap tersembunyi dari sorotan internasional.

Dokumenter tersebut menggambarkan sebuah fasilitas di kawasan Pusat Penelitian Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (Puspiptek), Serpong, sebagai salah satu instalasi nuklir yang strategis. Banyak penonton menduga Indonesia tengah mengembangkan senjata nuklir secara diam-diam. Namun, benarkah demikian?

Faktanya, fasilitas nuklir di Serpong bukanlah hal baru dan bukan pula rahasia. Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN), melalui Organisasi Riset Tenaga Nuklir, mengelola reaktor riset Serba Guna G.A. Siwabessy (RSG-GAS) yang berdiri sejak 1987. Reaktor tersebut berfungsi untuk riset, produksi radioisotop untuk keperluan medis, serta pelatihan dan pendidikan, bukan untuk tujuan militer.

Pemerintah Indonesia pun tidak pernah menyembunyikan keberadaan fasilitas ini. Bahkan, Indonesia aktif bekerja sama dengan Badan Tenaga Atom Internasional (IAEA) dan selalu membuka fasilitas nuklirnya untuk inspeksi. Tujuannya jelas: memastikan bahwa semua kegiatan nuklir Indonesia digunakan secara damai.

Pakar nuklir nasional juga menegaskan bahwa fasilitas di Serpong sangat jauh dari spesifikasi reaktor penghasil senjata. Kandungan slot bet 200k  uranium yang digunakan sangat rendah dan tidak bisa dimanfaatkan untuk membuat senjata nuklir.

Jadi, meskipun dokumenter tersebut memicu rasa penasaran, masyarakat perlu memahami bahwa Serpong bukan pusat nuklir rahasia, melainkan pusat riset energi nuklir yang terbuka dan diawasi secara internasional.

By admin